19 Jun 2008

He's going...

Keputusan itu mendadak. Benar-benar diluar dugaan. Deot cuma bisa memandang wajahnya kelu. Hatinya terasa sakit, tapi Deot tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia bukan siapa-siapa...
"Kamu serius, dot? Kapan berangkatnya? Kenapa Mendadak? Gak kasian sama mamah kalau mendadak gini berangkatnya?", pertanyaan Deot bertubi-tubi yang hanya bisa membuat Idot geleng-geleng kepala saja.
"Loh.. sudah tiga bulan aku nunggu keberangkatan ini, de!" sambut Idot.
"Toh lagian mamah udah pasti tahu, dan mamah juga kan yang nyiapin ini semua? Udah lah, jangan hiperbolis.."
"Hiperbolis apa? Toh harusnya berita ini tuh dikasi tau udah dari bulan-bulan lalu. Jangan mendadak dalam waktu dua minggu langsung berangkat. Tiga tahun, dot.. Tiga tahun!! Itu bukan waktu yang sebentar.", wajahnya memerah kesal.
"De...", dengan lembut Idot membelai rambut Deot."Ini kan pekerjaan Idot, kamu harusnya ngerti. Cuma tiga tahun kita pisah. Setelah itu kita bisa mulai dari awal lagi.", lanjutnya.
Dengan ragu-ragu, Idot berkata "Deot mau nungguin Idot selama tiga tahun ini?". Sambil menggenggam tangan Deot yang dingin dan Idot hanya bisa tersenyum.
Damn..!! Inilah hal yang dihindari Deot. Bimbang, itu selalu alasannya untuk menerima berbagai tawaran Idot. Bagaimana pun juga, prinsip Deot tidak akan berubah. Idot sudah punya nilai negatif dimata Deot.
Tapi, sekarang Idot pergi untuk waktu yang cukup lama. Tiga tahun. Idot pergi ke Belanda. Negeri di seberang samudera sana, di belahan bumi lain. Apa sanggup Deot menunggu selama itu? Tapi menunggu untuk apa? Entah apa yang akan terjadi selama tiga tahun kedepan dengan ketidakberadaan Idot. Sedangkan hati Deot sendiri masih bimbang. Bagaimana dengan Junot? Apa yang harus Deot lakukan dengan keadaan ini.
"De..." Sahut Idot. Panggilan itu membuyarkan lamunan Deot yang kembali memandang wajah Idot.
"Kamu mikirin Junot lg ya,de?" tanya Idot.
Deot terhenyak, "Ngga.. Aku ga mikirin siapa-siapa."
Tersenyum dan tenang, Idot seperti tahu saja apa yang sedang dipikirkan Deot, "De, ga usah bohong. Kayak aku gak kenal kamu aja". Sambil nyelonong, Idot keluar dari kamar.
Batin Deot rasanya ingin teriak saja. Harus bagaimana ini?
Minggu depan, sosok Idot tidak akan ada lagi mengisi hari-hari menjemukan ini.
Deot kembali termenung.... Bingung...

Tidak ada komentar: